Rabu, 22 Agustus 2012

I LOVE YOU

Diposting oleh Fatimah Dewi di Rabu, Agustus 22, 2012




*Ini jelas murni bukan tulisan saya, ini hanya sebagian dari notes Tere-Liye yang saya ambil dari Facebook. Selamat membaca :D


Satu pemuda dengan mata berbinar-binar, di bawah temaram lampu kota Jakarta,  dengan pemandangan jalanan yang super-macet, akan bilang dengan suara bergetar: "Aku cinta padamu."
Lupakan sekitarnya, dunia seperti milik berdua saja—yang lain, yang sedang macet di jalanan hanya numpang.

Sementara di belahan China sana, di lorong-lorong toko yang ramai, bertemudi bawah hiasan lampion dan naga-naga merah, asap mie kuah mengepul, serakan bebek peking, mereka akan bilang: "Wo ai ni." Lain pula satu pemuda bavaria, di dekat sisa tembok Berlin yang sekarang jadi hiasan toilet, menggunakan syal Bayern Muenchen, dia akan berbisik mesra ke pasangannya: "Ich liebe dich.” Sedangkan di India sana, dengan sedikit kerling mata, sedikit aca-aca, diiringi banyak tari dan lagu, mereka akan bilang: "Mein tumse pyar karta hoon", atau "Tane prem karoo choo" bagi dialek Gujarat. Si cewek mengangguk, bukankah dia juga selama ini sudah "Kuch-kuch hota hai" pula? Cocok? Bukan main. 

Ah, di bawah menara Eiffel yg elok, bermandikan cahaya, lihatlah seorang pemuda Perancis, akan mengatakan dengan gagah kalimat: "Je t’aime." Konon, katanya bahasa Perancis adalah bahasa yang paling indah, jadi bayangkan betapa super-indahnya pernyataan cinta itu ketika dikatakan. Indah kuadrat, itu sama dengan, eh super indah.

Lain kisah teman Jepang kita yang sedang berduaan sambil menatap gunung Fuji yang juga indah, sakura-san akan bilang: "Kimi o ai shiteru". Dan pasangannya akan mengangguk malu-malu. Besok mereka akan bertamasya ke Menara Tokyo yang terkenal itu, atau bermain di Disneyland, Tokyo, entalah. Kalian demam K-Pop? Kalau begitu, tidak perlu saya beritahu bagaimana orang Korea bilang aku cinta padamu, toh, jangan-jangan kalian sudah lama menulis kalimat tersebut di buku tulis, lantas diberi gambar love, love, atau ilustrasi hati merah yang seperti gelembung sabun terbang di mana-mana. Sambil di bawahnya ada tulisan kecial: muach, muuachh.

"Ana behibek" kata pemuda Arab sambil tersipu ke pasangannya, maka sang gadis akan menjawab, "Ana behibak". Tak kalah tersipunya. Tapi, jangan salah kalimatnya. Ada behibak, ada behibek. Huruf a dan e bisa membedakan arti di gurun pasir sana, kalian bisa disangka suka sesama jenis jika salah pakai. Saya juga tidak paham bahasa Arab, tapi ini peringatan yang baik.

Kakek-nenek kita dulu yang masih mengalami penjajahan Belanda, pasti pernah mendengar meneer dan mevrouw (nyonya) Belandea saling bilang: "Ik hou van jou", dan lucunya, kakekku dulu juga suka menirunya, cuek bilang: "Ekhopanjo, bojoku." Tak masalah separuh-separuh begitu, tak masalah salah-salah lafal, kan bibirnya tetap bibir inlander pribumi. Yang penting nenek mengerti, dan balas bilang "Ekhopanjo juga karo sampeyan." Beruntung kita tidak dijajah bangsa Hongaria atau Kazakhastan, kan susah banget nulis kalimat cinta mereka: "Szeretlek te’ged", "Men seny jaksy kuremyn". puh, apalagi pas bilangnya, tambah syusah, kebanyakan huruf konsonannya. Tapi meski susah banget bagi lidah kita, ajaib, ini kalimat mungkin sudah setengah mati ditunggu seorang gadis yang selalu menatap penuh harap seorang pemuda yang selalu berjalan lambat di gang depan rumahnya di kota Budapest yang eksotis itu. Boleh jadi di dalam hatinya dia berseru, oh, katakanlah "Szeret-zeret tadi padaku." 

 "Mahal kita" kata orang Filipina, "Ya lyublyu tebya" kata orang Rusia, "Tora dust daram" seru orang Persia, "Ti amo" kata orang Italia, dan seterusnya dan seterusnya. Begitu banyak versi kalimat I Love You di belahan dunia. Saking banyaknya, tak terhitung. Karena bahasa-bahasa setempat juga punya versi sendiri. Di Indonesia saja ada lebih tiga ratus bahasa lokal, maka akan ada tiga ratus pula versi kalimat "Aku cinta padamu?" Di Sumedang, Banten sana, Padang, Pulau Enggano, Pelosok Papua, Sulawesi, pedalaman Kalimantan, dan entahlah

Nah, pernahkah ada yang berpikir bagaimana manusia mengungkapkan "I Love You" pada jaman pra-sejarah? Saat bahasa belum ada? Saat manusia masih ber "a-a-a, u-u-u, a-a-a-a", masih mengejar-ngejar dan dikejar-kejar dinosaurus dan kawan-kawannya? Kan mereka belum punya kalimat sama sekali, jangankan "I Love You", mau bilang makan saja susah, "a-a-a-a, i-i-i." Maka, menurut teman saya, yang amatiran soal antropologi dan sejarah manusia, katanya mereka menyampaikan rasa cintanya dengan pentungan batu. Sungguh. Pakai pentungan batu. Jdut! Sang cowok akan memukul kepala cewek idamannya, lantas berteriak-teriak, "i-i-i…u-u-u…" Nah, loh! Celakanya lagi, menurut analisis ngaco teman saya itu, semakin dalam cintanya, maka semakin keras sang cowok akan menggunakan pentungan batu yang sehari-hari buat melempar gajah purba tersebut. Si cewek mati karena digebuk? Ah, mana ada "kalimat cinta" membuat mati seseorang. Semaput sih iya. Si cewek cuma pingsan sedikit, lantas akan siuman, kemudian tentu saja akan membalas memukul tak kalah kerasnya, "i-i-i…u-u-u…." Aku cinta kamu juga. Pakai banget, loh. 

Nah, pernahkah juga kalian berpikir bagaimana pula dengan pasangan yang cacat, kurang beruntung? Pasangan yang buta dan tuli misalnya? Bagaimana mereka akan bilang cinta? Melihat tak bisa, mendengar juga tak bisa Ah, Tuhan selalu punya skenario hebat untuk urusan ini. Aku pernah terkesima menyaksikan sepasang buta yang naik kendaraan umum. Mereka saling berpegangan tangan sejak memasuki pintu kereta. Mesra nian. Meski umur mereka berbilang lima puluhan. Yang laki dengan lembut membimbing yang wanita menuju kursi memakai tongkatnya (meski sebenarnya penumpang lain yang membantu mereka menyibak padatnya kereta). Lantas mereka duduk bersisian. Yang wanita lantas meraba-raba sakunya, mengambil dua butir permen. Membukakan satu untuk pasangannya, satu untuk dirinya sendiri. Mereka buta, jadi amat menyentuh hati melihat kemesraan dua butir permen itu. Butuh dua menit untuk membuka dua permen itu Aku menghela nafas panjang. Bagi mereka, kalimat sungguh kecantikan wajah tak ada gunanya, ketampanan pasangan tidak penting benar-benar menjadi bukti nyata. Cara tangan mereka meraba-raba, menyentuh lengan pasangannya sudah bilang sejuta cinta. Dan aku mendadak jengah. Malu. Ya Tuhan, bandingkan cinta mereka dengan cinta yang kupahami dan kuinginkan. Sungguh mereka mengajarkan makna cinta yang sesungguhnya. Besok lusa akan saya tulis dalam banyak buku-buku.

Nah, setelah begitu panjang lebar membahas kalimat ‘I Love You’, jadi sebenarnya poin penting apa yang hendak saya sampaikan? Simpel. Kita punya banyak cara menyampaikan cinta. Punya banyak kalimat. Bahasa. Tetapi sadarilah, cara terbaik untuk menyampaikan cinta adalah dengan perlakuan. Dengan perbuatan. Dengan pengorbanan yang tulus. Tidak peduli apakah seseorang itu akan membalas cinta kita atau tidak. Tidak peduli apakah perlu kalimat itu diucapkan atau tidak. Ucapkanlah dengan memberi tanpa mengharap, memberi tanpa mengambil, itulah simbolisasi cinta yang paling indah.

Makanya tidak perlu heran jika menemukan sepasang kekasih, berumur 90 tahun. Sudah menikah 70 tahun. Memiliki anak 12, cucu 30, cicit 67. Tinggal sederhana di kaki Gunung Kerinci. Kemarin lusa sang istri tercinta pergi. Dan saat sang suami yang tua menatap sedih butir demi butir tanah dimasukkan menutupi jasad istrinya, meski menangis, dia tersenyum rela. Padahal sempurna, dia sempurna tidak pernah bilang "Aku cinta padamu"  kepada almarhum istrinya. Tidak pernah selama 70 tahun kebersamaan mereka. Karena kalimat itu selalu kelu saat akan diucapkan. Selalu tersumbat saat akan dikatakan. Kalimat itu terlalu sakral bagi mereka berdua. Tetapi almarhum istrinya tahu persis, suaminya amat mencintainya, karena kalimat itu terukir indah bersama hari-hari mereka yang hebat. 25.500 hari. Hari-hari suka-cita, hari-hari pertengkaran, hari-hari kebahagiaan, hari-hari kesedihan, hingga hari2 kepergian. Mereka telah berbagi 25.500 hari.

Kita sudah berbagi berapa hari?

Jika usia kita saat ini katakanlah lima belas tahun, maka yang bisa saya pastikan, kita sudah tinggal bersama keluarga kita selama 5.000 hari lebih. Jika usia kita saat ini katakanlah tiga puluh tahun, maka kita sudah tinggal bersama keluarga kita selama 10,000 hari lebih. Maka sebelum menyontek berbagai ragam kalimat ‘I Love You’ di atas, jangan lupa, mulailah dengan bilang kalimat itu pada keluarga kita. Ayah, Ibu, adik, kakak. Itu tidak kalah spesialnya.

Itu bahkan selalu spesial.



Bagaimana? Keren kan... setiap buka Facebook pasti ngestalk kronologinya bang Tere :D
Bagi yang berminat baca lebih banyak, ini dia sumbernya :


http://www.facebook.com/notes/darwis-tere-liye/i-love-you/422821821101725


Selamat membaca :D





0 komentar:

Posting Komentar

 

Eat. Read. Sleep. and Draw! Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos